Nampak hadir Suster-suster Fransiskanes Dongen (SFD), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Kemenag Kabupaten Tangerang, perwakilan ormas Islam, serta elemen masyarakat lainnya.
"Kegiatan buka puasa bersama ini dapat kita sebut sebagai buka puasa dalam bingkai Kebhinekaan," kata Sabilul.
Dia melanjutkan, kesempatan buka puasa bersama lintas elemen merupakan momentum yang tepat untuk menggalang persatuan pasca pesta demokrasi. Dikatakannya, KPU sudah mengumumkan hasil rekapitilasi suara. Setelahnya, kata dia, semua pihak berkewajiban menghormati hal itu. Segala tindakan, lanjutnya, harus ditempuh melalui jalur konstitusional.
"Di atas segalanya, semua pihak wajib menjaga persatuan dan menghindarkan diri dari segala tindakan yang dapat menyebabkan perpecahan," terangnya.
Sabilul menambahkan, puasa pada hakikatnya adalah mengendalikan diri, bukan mengendalikan orang lain. Maka, kata dia, menjaga diri termasuk menjaga lisan dan perbuatan menjadi bagian penting dari puasa.
"Kebersamaan adalah kekuatan. Saling menghargai dan menghormati adalah jati diri bangsa ini," tukasnya.
Di tempat yang sama, Dandim 0510 Tigaraksa Letkol Inf. Parada Warta N. Tampubolon mengatakan, perbedaan suku, agama, ras, dan bahkan pandangan politik merupakan keniscayaan. Perbedaan itu, kata dia, harus dijadikan landasan kekuatan.
"Dengan segala perbedaan itulah kita bersama-sama menjaga keutuhan dan persatuan bangsa," ujarnya.
Ketua FKUB Kabupaten Tangerang Maski mengatakan, perbedaan tidak seharusnya dipandang sebagai sebuah ancaman. Apalagi, kata dia, perbedaan kemudian dibuat begitu tajam hingga mengancam persatuan.
"Perbedaan itukan fitrah, ketentuan Tuhan. Tugas kita membangun kebersamaan itu," tuturnya.
Sementara itu, Romo Felix Suprapto mengaku bangga dengan terjalinnya kebersamaan khususnya di Kabupaten Tangerang. Menurutnya, segenap pihak hendaknya selalu mengedepankan persatuan bangsa tidak terjebak fanatisme belaka. (Mad sutisna)