Dalam kesempatan tersebut Maruf Amin menyinggung kedudukan kiai terdahulu dengan saat ini. Dimana label kiai yang disematkan kepada seseorang karena dianggap memiliki kemampuan dan kharisma yang luar biasa.
Sementara untuk saat ini kiai hanya terjebak pada profesi mengajar mengaji semata. Padahal dalam biografi Maulana Hasanudin tergambar sebagai sosok politisi, negarawan, ekonom hingga seorang diplomat ulung.
Karenanya Maruf Amin juga berharap ke depan ada sosok kiai asal Banten yang juga tidak fanatik dan memiliki kemampuan segalanya. Sehingga pada periode berikutnya ada sosok tokoh Banten yang bisa menjadi tokoh Nasional di negara ini.
"Bahwa kenapa sentralitas kiai menurun, karena kesadaran politik kiaI sudah hilang," ujar Ma'Ruf Amin.
Sementara itu Danrem 064 Maulana Yusuf, Brigjen TNI Fierman Sjafirial Agustus mengatakan dalam catatan Sejarah Banten pernah berada pada masa kemasan pada abad ke-16. Masa ini didapat karena kiai menjadi pembimbing dan rujukan bagi masyarakat Banten saat itu.
"Indonesia memiliki cita-cita menjadi Indonesia Emas tahun 2045, sedangan Banten sudah memiliki masa keemasan ini di abad ke-16," katanya.
Oleh sebab itu untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2024 diperlukan komitmen bersama dan diharapkan kiai menjadi sentral informasi dan rujukan bagi warga Indonesia ke depan. (Lingga)