Keluarga pasien terpaksa harus antre berjam-jam untuk mendapatkan obat di pelayanan instalasi farmasi.
Salah seorang keluarga pasien dari Maja, Kecamatan Maja, sebut saja Susan, harus rela antre sejak pagi hingga siang hari untuk mendapatkan obat sesuai dengan resep yang diberikan dokter.
“Melelahkan dan cape nunggu dari pagi mas, Bahkan ada yang sampai menginap di rumah sakit loh. Saya mah datang pagi tadi sekitar jam 09.00 WIB baru dapat antrean obat siang sekitar pukul jam 2.00 lewat. Antreannya sampe 200 orang lebih dan harus menunggu,” katanya, kepada media, Jum'at (29/9/2023) sore.
Sementara, keluarga pasien dari Rangkasbitung, yang anaknya mengalami kecelakaan dan diperlukan scan, mengeluh, karena saat akan dilakukan scan, harus ke RS Misi.
Sementara, Ati Rosmiati, Adminkes RSUD Adjidarmo mengatakan Alat CT SCAN milik RSUD Adjidarmo, yang digunakan untuk scan organ tubuh seperti kepala, jaringan lunak, pembuluh darah dan tulang, sejak setahun lebih tidak berfungsi karena rusak.
"Ada sekitar setahunan, alat CT scan kondisinya rusak. Kemarin kemarin juga masih dalam perbaikan. Untuk perbaikan juga ada prosedurnya dan tidak segampang yang diduga. Pas kita ngajuin kesana kan diliat dulu, kan itu alat sudah lama pengadaannya, sekitar lebih 12 (dua belas) tahun lalu,” Paparnya.
Menurut Ati Rosmiati, management RSUD Adji Darmo, sudah melakukan perbaikan tetapi membutuhkan biaya yang sangat besar, alih-alih dana yang ada difokuskan untuk obat-obatan yang sangat di butuhkan pasien.
"Untuk pasien yang diperlukan CT SCAN kita udah MoU dengan Rumah Sakit Misi dan Rumah Sakit Kartini dan untuk perbaikan juga tidak mungkin karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit, diperbaiki juga percuma nanti gampang rusak kayanya harus beli baru," Sambung Ati.
Direktur RSUD Adji Darmo, dr. Budi Mulyanto, saat akan ditemui awak Media, Jumat (29/9/2023) tidak bisa ditemui.
"Maap pak, harus janjian dulu kalau mau bertemu dengan direktur," kata staf RSUD.
Sementara itu, Humas RSUD Adji Darmo, Robi, membantah terkait isu jual-beli ruangan rawat inap yang selama ini sudah menjadi pembicaraan publik.
"Itu tidak benar, dulu pernah ada tapi itu dilakukan bukan dari pegawai rumah sakit, orang luar itu, dapat info dari mana ya haduh," kata Robi Humas RSUD Adjidarmo.
RSUD Adjidarmo Rangkasbitung milik Pemda Lebak, berstatus Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan sesuai data di Kemenkes, termasuk kedalam RS Type B. RS ini memiliki ruang rawat inap, VVIP satu kamar, VIP 12 kamar, kelas 1 sebanyak 40 kamar, kelas II sebanyak 34 kamar, kelas 3 sebanak 135 kamar.
Dalam ulasan di google RSUD Adji Darmo, dari 356 reponden, diantaranya Fikri Jul, menyatakan Antrian rawat jalan banyak calo yang bekerjasama dengan oknum staff, Tenaga kesehatannya tidak ramah, Rawat jalan tidak ramah kaum difabel (tidak tersedianya kursi roda), Kurangnya informasi mengenai perubahaan jadwal dokter.
Kabupaten lebak itu luas kasian buat pasien yang datang jauh - jauh dan datang dini hari tapi dokternya tidak ada, Farmasi rawat inap dan rawat jalan sama sama lambat. Di farmasi rawat inap 20 menit nunggu petugas hadir dimeja kerja. Bukan nunggu di siapkan obat.
Sementara, Lukman Hakim Nadzari, menyatakan, "Pasien IGD dateng dari jam 4 sore sudah jam 12 dini hari belum dapat kamar juga, keburu yang jagain pasien sakit juga ini mah. Mereka enak shift-shift an. Kamar penuh ga ada informasi ke pihak keluarga pasien. Woy yang bener dong nih pelayanan makin hari makin buruk saja". Imbuhnya.
Kemudian, Yunita Hadiyanti, dalam responnya menyatakan Pelayanan terburuk di ruang IGD dari jam 5 sore sampai jam 11 malam belum juga dapat ruangan rawat inap katanya penuh untuk yang BPJS.
"Kita minta naik kelas ke VIP katanya juga ruangannya penuh. Pelayanannya buruk, bagaimana bisa pasien IGD penanganannya lambat. Rumah sakitnya juga seram dan kotor. Cukup lah kali ini aja terakhir". Paparnya.
Lalu, Anita Gita menyatakan "Pelayanannya jelek, lambat dan aneh. Penunggu pasien tidak boleh diganti sebelum jam besuk mulai, kalau penunggu pasien sakit mau tanggung jawab apa RS? Tempat perawat tidak ada yang stand by! Gimana kalo ada pasien yang gawat darurat? Walaupun beban kerja dan tingkat stres perawat cukup tinggi tetapi perawat juga harus bisa care dan lebih ramah lagi kepada pasien. Komunikasi terapeutiknya tidak ada. Tidak perlu terlalu ramah yang penting pasien dan keluarga pasien dapat memahami apa yang terjadi dan merasa aman nyaman karena sudah masuk rumah sakit, bukan masuk rumah sakit malah makin sakit atau makin stres," Pungkasnya.
Sementara, Welder staniles stel, menyatakan rumah sakit aneh, Banyak suster baru belajar menagain pasien, sudah tau pasien lagi sekarat, butuh pertolongan. Sudah sampe RS suruh di tunggu sesuai antrian.
"Untung tidak terjadi apa-apa, kalau terjadi hal yang aneh, saya tuntut itu RS. Buat pelajaran aja kalo RS Ajidarmo Rangkasbitung, penangan kurang bagus. Mending cari RS lain," Jelasnya. (tim)