Ketua Paguyuban Pasundan Komda Wilayah II, DR. Abah Ruskawan, mengatakan, kegiatan Gowes Bareng Situs Megalith Gunung Padang, sebagai rangkaian memperingati Milangkala ke-109 Paguyuban Pasundan, HUT ke-77 TNI, dan memperingati Hari Pahlawan tanggal 10 November.
"Panitia sudah mengundang sekitar 4.000 orang goeser dari seluruh tanah air untuk ikut memeriahkan acara tersebut. Sepanjang route perjalanan, para goeser selain bisa menyaksikan misteri Situs Megalith,sekaligus tadabur alam seiring dengan keindahan situs tersebut yang hingga kini masih misteri," kata Abah Ruskawan kepada lensafokus.id, Minggu malam (9/10/2022).
Kegiatan lain yang akan digelar adalah santunan sejumlah anak yatim piatu dan kaum duafa serta penanaman pohon di sekitar situs Megalith Gunung Padang, yang berlokasi di Kampung Cipanggaulan Desa Karya Mukti, Kecamatan Campaka, sekitar 45 KM dari pusat Kota Cianjur. Para Goeser akan menempuh perjalanan selama kurang lebih 1,5 jam.
Situs Megalith Gunung Padang, areal utamanya seluas sekitar kurang lebih 900 m², terletak pada ketinggian 885 m dpl, dan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.
Dijelaskan Abah Ruskawan, Paguyuban Pasundan Wilayah II, pada awal Januari 2022 lalu, pernah menyelenggarakan Dialog Bedah Buku “Situs Megalitikum Gunung Padang Episentrum Kejayaan leluhur Sunda” bertempat Situs Megalit Gunung Padang.
"Bedah buku ini sebagai upaya melestarikan dan mengembangkan seni dan budaya. Hal itu dilakukan sesuai dengan Undang – Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Bahwa Pemajuan Seni dan Budaya adalah tangung jawab pemerintah dan semua komponen masyarakat, " Kata Abah Ruskawan.
Menurut Abah Ruskawan, Situs Megalitikum Gunung Padang Episentrum adalah Kejayaan Leluhur Sunda. Dari hasil penelitian beberapa sumber belum bisa memastikan umur Situs tersebut. Ada yang menyatakan 11 ribuan tahun dan ada juga 20ribuan tahun.
"Tidak menutup kemungkinan bahwa Peradaban Situs Megalitikum Gunung Padang bisa menjadi Peradaban Pertama dan terakhir didunia ,” kata budayawan Sunda dari Cianjur ini.
Buku Situs Megalitikum Gunung Padang Episentrum di terbitkan PB Paguyuban Pasundan yang ditulis oleh; Hayatun Hamid, Cece Suryana, Abah Ruskawan, Ade Prianganu, Widya Utama dan Irma Purnama Sari.
Situs Megalith Gunung padang ini bukan saja milik warga cianjur tapi milik seluruh warga dunia, kita berkewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan agar dunia tau bahwa di cianjur mempunyai situs yang usianya melebihi mesir.
(dimas/red)