Kasus diabetes pada anak patut menjadi perhatian. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), angka diabetes pada anak usia 0-18 tahun mengalami peningkatan dalam jangka waktu 10 tahun. Sejak September 2009 hingga September 2018, tercatat sebanyak 1.213 kasus diabetes tipe-1.
Dari 34 provinsi di Indonesia, angka kejadian terbanyak berada di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan untuk diabetes tipe-1. Di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM), tercatat ada lima pasien diabetes anak dalam kurun waktu 2014-2018.
"Anak-anak memang paling umum (untuk diabetes tipe-1). Sementara tipe-2 pendataannya sulit," ujar Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI, dr Aman Bhakti Pulungan, dalam temu media di Kementerian Kesehatan, Jakarta, Rabu (31/10).
Sampai saat ini, Aman mengatakan, belum diketahui pasti apa yang menyebabkan diabetes pada anak. Penelitian ilmiah yang menyoroti kasus diabetes pada anak pun terbilang jarang.
Diabetes tipe-1 merupakan penyakit autoimun yang disebabkan oleh kerusakan pankreas. Ada kerusakan sel β pankreas sehingga mengakibatkan defisiensi insulin absolut. Artinya, kata Aman, pankreas tidak mampu memproduksi insulin secara mandiri.
Pada dasarnya, diabetes pada dewasa dan anak tak jauh berbeda. Hanya saja, kehadiran diabetes pada anak yang masih berada dalam tahap tumbuh kembang, membuat anak harus hidup 'bersama' diabetes seumur hidup.
Aman menekankan, anak dengan diabetes dapat tumbuh sebagaimana anak-anak lainnya jika mengikuti tata laksana dengan benar dan disiplin.
"Kalau tata laksana enggak baik, maka nanti di usia dewasa dia bisa mengalami komplikasi," kata Aman.
Ada empat pilar tata laksana yang perlu dipahami dan diterapkan pada anak dengan diabetes. Empat pilar itu di antaranya pemenuhan kebutuhan insulin, nutrisi yang baik, edukasi untuk orang tua dan anak dengan diabetes, serta aktivitas fisik.
"Minimum aktivitas fisik satu jam pada anak. Anak itu harus gerak terus. Maksimal anak bisa diam selama dua jam tanpa gerak termasuk untuk membaca," kata Aman.
Empat pilar yang disebut dengan 'kontrol metabolik' ini juga harus selalu diiringi dengan monitor gula darah rutin.
Kadar gula darah pada anak dengan diabetes harus selalu menjadi catatan. Untuk anak, kadar gula darah 100-200 mg/dl terbilang normal. Jika kadar gula darah berada di bawah 100 mg/dl, anak bisa dikatakan mengalami hipoglikemia alias kadar gula darah rendah. Jika begitu, lanjut Aman, anak harus mengurangi aktivitas fisik.
"Selain alat kontrol gula darah dan insulin, anak harus selalu sedia bekal untuk kondisi hipoglikemia, misal jus tanpa gula tambahan untuk membantu menaikkan kadar gula darah," ucapnya. (CNN)