Secara simbolis, kitab mungil mendunia yang banyak disyarahi ulama itu diserahkan kepada para santri di Pondok Pesantren Salafiyah Al-Jufri di Desa Mauk Barat, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Selasa (22/10/2019).
Kedatangan Komarudin ke pesantren itu disambut antusias para santri yang memainkan perangkat musik Hadro. Komarudin pun berbaur dengan para santri menyantap nasi liwet dengan lauk ikan asin dan sambal masakan para santri. Menu makanan disajikan di atas daun pisang dengan konsep lesehan.
"Kami sangat berharap, jebolan-jebolan pesantren yang akan mengisi berbagai posisi penting di negeri ini," kata Komarudin.
Dia menyampaikan, santri merupakan elemen penting dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Santri, kata dia, memiliki peran yang sangat besar dalam memerdekakan negeri ini.
"Maka santri pula yang harus berjuang mempertahankan negeri ini dari berbagai ancaman termsuk radikalisme dan terorisme," ujarnya.
Terkait wakaf kitab kuning, Komarudin menjelaskan, para santri adalah orang-orang yang sebenernya sedang berjihad. Sebab, kata dia, menuntut ilmu merupakan kewajiban setiap umat Islam.
Oleh karena itu, wakaf kitab kuning kepada para santri, selain untuk membantu juga sebagai sarana memperluas keilmuan. Komarudin meminta kitab itu dipelajari.
"Kemudian ilmunya kembalikan ke kami, ajarkan kami Islam yang ramah khas kesahajaan kaum santri," tandasnya.
Sementara itu, Pimpinan Ponpes Salafiyah Al-Jufri Ustaz Arif mengaku merasa terhormat pesantren yang diampunya dikunjungi. Apalagi, kata dia, dipercaya untuk mempelajari kitab karya ulama besar.
"Kami mengapresiasi inisiatif mewakafkan kitab kuning untuk para santri, karena dapat memabantu santri sekaligus melestarikan karya ulama besar Nusantara," ucap dia.
Selain mewakafkan kitab kuning, Komarudin juga memberikan bantuan sarung dan peci untuk para santri. (Mad Sutisna)