"Ini asapnya perih dan membuat sesak. Kita ga tau harus ngadu ke siapa?," ujar Ratna Senin, (4/2/2019).
Selain takut, warga juga mengaku tidak bisa berbuat banyak. Sehingga pasrah dengan adanya pembakaran limbah berbahaya tersebut.
"Percuma ngadu juga. Besok-besok juga mereka bakar lagi limbahnya," ucapnya.
Hal senada juga di katakan Machfud, merasa kesal dengan aksi bakar sampah yang membuat polusi. Selain menimbulkan batuk, warga juga merasakan perih pada mata.
"Ini mah terlalu. Masa seenaknya saja buang dan bakar sampah. Kita udah larang sama RT, dan membuang sampah ke tempat pembuangan sampah yang ada. ini malah buang dan bakar sampah semaunya," terang Machfud.
Sementara itu Engkus petugas kebersihan setempat mengaku, dirinya hanya di suruh oleh pengusaha yang bernama H Asli. Ia mengaku diberikan upah Rp 70.000 setiap mengangkat dan membakar sampah di lapangan.
"Saya cuma di suruh, dan dikasih upah, cuma bisa menjalankan perintah, jadi kalau mau ngadu langsung ke pak H Asli aja," ungkapnya.
Sementara itu, Aris ketua RT setempat mengaku telah melarang pembakaran dan pembuangan sampah di lapangan tersebut. Namun, aksi bakar limbah ini kadang dilakukan dengan cara diam-diam.
"Sudah saya larang itu. Kita juga larang seluruh warga buang sampah dekat permukiman. Kan sudah ada tempat pembuangan sampah yang disediakan pemerintah," ujarnya.
Pantauan di lokasi, Ketua RT dan warga bergotong royong memadamkan api dengan menggunakan peralatan seadanya. Selain memadamkan api, warga juga melakukan pentupan gerbang menuju lapangan yang menjadi tempat pembuangan sampah liar.