Pasalnya, saat ini di daerah tersebut mulai tumbuh tempat-tempat yang dijadikan tempat mangkal berbagai kegiatan yang berisiko tertular HIV.
“Kecamatan Pasar Kemis tengah mendapatkan perhatian khusus dari KPA. Kami mengkhawatirkan di tahun 2019 ini terjadi ledakan jumlah AIDS/HIV di sana,” jelas Sekretaris KPA Kabupaten Tangerang Efi Indarti kepada wartawan, Selasa (7/5/2019).
Efi menjelaskan salah satu daerah yang menjadi sorotan KPA adalah di sekitar kawasan Kali Mati, Desa Gelam Jaya, Kecamatan Pasar Kemis. Pasalnya di daerah tersebut kini banyak dijadikan lokasi mangkal para waria, serta pria-pria penyuka sesama jenis.
“Ini berbahaya, karena berdasarkan hasil pemantauan kami tahun 2016 lalu, lonjakan jumlah penderita HIV dan AIDS di Kabupaten Tangerang paling banyak disumbang oleh waria dan pria penyuka sesama jenis ini,” jelasnya.
Untuk itu menurut Efi, saat ini pihaknya terus aktif melakukan survailen agar jumlah penderita HIV dan AIDS tidak makin bertambah diwilayah tersebut.
“Kita terus lakukan survailen," ucapnya.
Sementara itu, salah satu aktivis KPA Kabupaten Tangerang, Hadi Irawan menambahkan selain di Kecamatan Pasar Kemis.
Ada 7 kecamatan lainnya yang juga menjadi pengawasan. Kecamatan tersebut diantaranya Kosambi, Teluknaga, Sukadiri, Cikupa, Balaraja, Jayanti dan Tigaraksa.
Hadi mengatakan, hasil penelitian menyebutkan perilaku hidup tidak sehat dengan pasangan menyebabkan tinggi penularan HIV/AIDS terhadap warga di kecamatan tersebut.
Bahkan kasus seks bebas di wilayah itu dianggap sebagai salah satu penyebab tingginya angka penularan virus tersebut.
Berdasarkan data bahwa setiap tahun bertambah lebih dari 45 penderita HIV/AIDS di wilayah ini dan tersebar di wilayah-wilayah tersebut.
“Sebenarnya untuk kasus penyebaran sudah merata hampir di seluruh kecamatan. Hanya saja yang paling banyak terjadi di 8 kecamatan tersebut,” paparnya.
Dia menambahkan penderita HIV/AIDS di Kabupaten Tangerang tahun 2014 sebanyak 266 orang, tahun 2015 (350 orang) dan tahun 2016 (400 orang).
Hal ini tidak boleh dibiarkan dan perlu upaya nyata untuk mengatasinya dan pihak terkait harus terjun langsung demi mengurangi jumlah penderita.
“Ini sangat mencemaskan, karena penderita kebanyakan adalah ibu rumah tangga dan anak-anak,” pungkasnya. (Mad sutisna)