Epi Suhaepi, warga Kampung Picung mengatakan, dirinya dan sejumlah warga Kampung Picung menduga sumur warga tercemar oleh limbah pabrik yang berada dekat dengan pemukiman. Dugaan ini, muncul bila saat lebaran aktivitas pabrik diliburkan, sumur warga kembali bersih. “Saat lebaran Idul Fitri lalu, aktivitas pabrik libur, sumur warga kembali bersih. Namun saat pabrik kembali beroperasi, sumur warga kembali kuning dan berbau,” kata Epi Suhaepi Selasa (4/9/2018).
Epi menambahkan, ada dua harapan warga Kampung Picung ke Pemerintah Daerah baik Pemkab Tangerang dan Pemprov Banten. Pertama, segera melakukan tindakan tegas terhadap pabrik yang mencemari sumur warga. “Kedua, warga minta Pemkab Tangerang dan Pemrov Banten untuk mendistribusikan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga Kampung Picung,” ujarnya
Kepala Desa Pasakemis Al Haetomi menjelaskan, dampak dari air menjadi kuning pihaknya berharap segera ditemukan sumber permasalahan tersebut. Pihak-pihak yang terkait untuk segera bertanggungjawab. Ia juga ingin perusahaan yang ada disekitar warga supaya kooperatif menyelesaikan permasalahan air dan tidak sampai berlarut larut. “Ya saya ingin semuanya kooperatif menyelesaikan persoalan air biar warga tidak terkena dampaknya,” kata Haetomi.
Haetomi menambahkan, dulu dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Provinsi Banten sudah mengecek ke perusahaan dan mengambil sample air tersebut untuk diuji laboratorium, karena warga ingin tahu penyebab air berubah menjadi kuning dan berdampak gatal-gatal (Darmatitis). Kemudian setelah itu pihaknya menerima hasil dari uji laboratorium dari DLHK, karena hasil itu menggunakan rumus kimia sehingga pihaknya tidak bisa menjelaskan kepada warga. “Saya tidak bisa menjelaskan kepada warga karena hasilnya menggunakan rumus kimia,” ucap Haetomi.
Meski warga menduga penyebab air menjadi kuning lantaran perusaahan, ia tidak mau berasumsi dulu sebelum ada tim ahli yang meneliti. “Jadi saya tidak ingin beramsumi dulu ini itu soal penampungan air limbah yang ada dalam perusahaan,” ujarnya.
Ia berharap persoalan ini bisa cepat diselesaikan agar air yang jadi kuning bisa normal kembali hingga warga bisa menggunakan kembali untuk mandi, masak, mencuci dan lainnya.