Baiklah. Soal menyampaikan kritik itu hak setiap warga negara. Namun narasi yang diangkat BEM Unnes untuk kritik Wapres menurut saya miskin konsep dan fakir narasi. Mengapa? Pertama, karena kritik itu disampaikan hanya selang beberapa hari usai BEM UI memberikan kritik untuk Presiden Joko Widodo.
Kita tahu, ikhwal itu sempat ramai diperbincangkan. Nah, banyak kalangan yang 'ambil panggung' pada keramaian itu. Salah satunya BEM Unnes yang mengkritik Wapres Ma'ruf Amin. BEM Unnes menduplikasi konsep BEM UI dengan memberinya labeling pada subjek yang dikritik.
Ini jelas sebuah gagasan kritik yang muncul seketika saat melihat situasi ramai. Melihat BEM UI dapat panggung, BEM Unnes tak mau ketinggalan. Caranya pun sama, narasi serupa, di media sosial pula. BEM Unnes nampaknya hanya ingin viral meski kritik yang disampaikan miskin narasi dan masih bisa diperdebatkan secara akal.
Mengenai kinerja Wapres. Kita tahu Wapres adalah pendamping atau pembantu Presiden dalam melaksanakan tugas-tugas kenegaraan. Secara konstitusional, Wapres merupakan figur yang kerjanya membantu Presiden.
Sebagai Wapres, Ma'ruf Amin jelas telah melaksanakan berbagai tugas. Kinerjanya juga tidak bisa dinafikan. Jangan hanya karena minim publikasi, lantas dianggap tidak kerja sama sekali. Ingat, latar belakang Wapres adalah ulama. Maka kerja nyata adalah orientasi utama, bukan sekadar membentuk citra. Wapres bekerja serius dan tawadhu dalam bertugas.
Saat ini, Wapres merupakan Ketua Tim Percepatan Pembangunan di Papua berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 9 Tahun 2020 Percepatan Pembangunan Kesejahteraan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat. Ini bukan tugas sederhana. Wapres bertanggung jawab mengkoordinasi pembangunan dan kesejahteraan Papua.
Dari tugas itu, kita jadi tahu bahwa Wapres sedang bekerja. Dan seperti layaknya melaksanakan sebuah kewajiban, tak perlu gembar-gembor saat bekerja. Kalau memang ingin tahu kinerja Wapres, cari saja informasinya, di internet tersedia.
Selain itu, latar belakang Wapres yang ulama juga turut mendorong upaya-upaya melawan radikalisme. Wapres mengkonsolidasikan peran agamawan untuk bersatu bersepakat dalam Daarul mitsaq. Belum lagi peran Wapres dalam perkembangan ekonomi syariah, pengelola wakaf, dan pengentasan kemiskinan.
Jadi soal label 'silent', harus jelas alasannya. Jangan-jangan melabeli Wapres dengan 'The King of Silent' karena minim pasokan informasi. Sebab, tak sulit mencari apa yang telah dilakukan Wapres. Selain itu, demikianlah karakter Wapres Ma'ruf Amin. Beliau tak ada target lain (maksudnya tak ada ambisi apa-apa) di tahun 2024. Sehingga fokus beliau hanya kerja dan kerja. Bahasa kasarnya tak terlalu mementingkan kamera.
Dan pesan untuk para mahasiswa, nikmati saja kebebasan berdemokrasi. Jangan paradoks dan munafik, menuduh rezim otoriter atau kejam, sementara kalian bisa bebas bersuara lantang. Itu artinya, kalian sedang menikmati hakikat kebebasan.
(Ahmad Romdoni, Pimpinan Majelis At-Tajudin Cangkudu - Balaraja).
(Mad Sutisna)