"Paling nyata saat ini telah memunculkan ciri serba cepat, namun tidak ada pembenaran untuk menjadi kerasukan instanisme," kata Wakil Sekjen Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN), Suryadi, M.Si, Senin (8/2/2021) di Jakarta.
Suryadi yang juga salah seorang pendiri dan Ketua Dewan Pembina Pusat Studi Komunikasi Kepolisian (PUSKOMPOL) mengemukakan hal itu menyambut Hari Pers Nasional (HPN) yang kali ini bertepatan Selasa besok, 9 Februari 2021.
Ia menyambut gembira, saat ini dunia pers sudah "menerima media dalam jaringan" (daring) sebagai media arus utama ('mainstream') bersama-sama media cetak dan media elektronik radio dan televisi.
Jenis media yang bertambah dengan ciri cepat dan mudah itu, juga telah mendorong lebih banyak lagi dibandingkan dengan tahun-tahun 1970 - 1990-an, orang terjun menjadi jurnalis.
"Hukum pasar tidak boleh menginflasi pers dan profesi jurnalis. Makin dipengaruhi oleh iptek, sudah selayaknya berproses cepat dan cermat sehingga menjadi lebih berkualitas," harapnya.
Jurnalis dan pers itu adalah potret dari masyarakat. Hal yang paling elementer dari yang disetiai oleh jurnalis, kata Suryadi, adalah masyarakat di samping kebenaran dan tujuh elemen lainnya termasuk inovatif dan selalu peka akan segala perkembangan.
"Itu sudah sejak lama diterima sebagai hal yang elementer oleh oleh pers di seluruh dunia," ia mengingatkan.
Suryadi mengaku, pernah mendengar lagu dengan syair yang memuji-muji bahwa, "Apa kata wartawan, itu akan memengaruhi dunia sehingga muncul julukan wartawan ratu dunia."
"Itu bukan omong kosong, memang begitu kenyataannya," ungkap pengagum budayawan dan wartawan (alm) Mochtar Lubis itu.
Penulis buku yang mengaku banyak belajar dari kehidupan jurnalis itu, mengingatkan, kemajuan iptek sudah sejak lama mendorong perubahan pada masyarakat termasuk jurnalis sebagai bagian penting sistem kemasyarakatan.
Untuk itu, Suryadi mengajak seluruh insan pers agar terus memodali diri dengan pengetahuan dan iptek sehingga menjadi pembobot bagi setiap produk yang diluncurkan kepada masyarakat.
Media daring dan media "mainstream" sama-sama punya kekurangan dan kelebihan yang justru membuatnya lebih bisa tidak sekadar menggulir informasi apapun, tapi ada tanggungjawab memboboti produknya dengan edukasi yang berkualitas mencerdaskan masyarakat.
Dengan begitu, lanjut Suryadi, pers sebagai salah satu pilar demokrasi di negeri yang berkemauan berproses menjadi negara dewasa demokrasi ini, ikut berperan mencerdaskan masyarakat.
Tugas berat pers di negeri yang tak kunjung maju-maju berdemokrasi secara substansi ini, ia mengingatkan, adalah mengedukasi masyarakat sehingga dalam berdemokrasi tak hanya mengutamakan kebebasan semata.
Dengan misi edukasi pers, harap Suryadi, masyarakat akan memiliki modal dalam membedakan kebebasan berpikir dengan kebebasan berekspresi.
Kebebasan berekspresi, lanjutnya, haruslah memperhatikan hak orang lain sehingga tertib dalam berdemokrasi menjadi mutlak ditegakkan demi kehidupan masyarakat beradab sebagai ciri masyarakat modern.
(Red)