Bahkan kakak-beradik tersebut yang saat ini dirawat oleh Burhanudin (32), hanya mendapatkan pengobatan dari obat-obat yang tersedia di warung kelontongan.
Burhanudin mengatakan, bila dirinya merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara termasuk Abdurahman dan Saiful, yang mengalami kelumpuhan sejak berusia 12 tahun atau kelas 6 SD. Menurut Burhanudin, kakak tertuanya Abdurahman mengalami kelumpuhan usai demam yang dideritanya 12 tahun lalu.
“Kakak saya Abdurahman awal mulanya sakit panas akbiat terjatuh, kemudian di bawa ke Puskesmas yang berada di daerah Tanah Abang, Jakarta. Dia mendapatkan perawatan dan disuntik, namun setelah itu kakak saya lumpuh total sampai sekarang,” jelasnya, saat ditemui di Perumahan Daru Indah Blok G, Desa Daru Kecamatan Jambe, Rabu (3/7/2019).
Burhanudin menjelaskan, beberapa tahun kemudian setelah Abdurahman dinyatakan lumpuh, kakak keduanya yang bernama Saiful juga lumpuh dikarenakan mengidap penyakit polio sejak kecil. Belum lagi, kata dia, kakak perempuannya juga mengalami kelumpuhan yang diakibatkan oleh lemah jantung.
“Saya memiliki tiga saudara, dan ketiganya lumpuh namun kakak perempuan saya Jubaidah (43) kini dbawa ke rumah bibi saya di Karawaci. Sementara dua kakak saya yang lumpuh juga ada disini, sebelumnya kami tinggal di depan Desa Daru. Kemudian direlokasi oleh lembaga masyarakat ke perumahan ini agar lebih layak,” ujarnya.
Menurut Burhanudin, ketiganya sejak mengalami kelumpuhan puluhan tahun silam hanya mendapatkan sekali pengobatan oleh pihak kelurahan atau desa setempat, namun perobatan itu terpaksa dihentikan karena pihak kelurahan menyatakan Abdurahman dan Saiful tidak bisa diobati lagi. Selebihnya, Burhanudin tidak mengetahui lagi informasi bantuan pengobatan dari pemerintah, saat ini dirinya hanya menunggu belas kasihan dari masyarakat sekitar.
“Belum ada dari pemerintah, saya dapat bantuan hanya dari masyarakat saja. Termasuk rumah sewa ini, karena saya hanya pekerja serabutan dan harus fokus merawat kakak saya. Kedua orang tua saya juga sudah lama meninggal dunia, dan saya berharap pemerintah mau mengulurkan bantuan untuk kakak saya karena selama ini mereka mendapatkan obat hanya obat-obat warung saja. Saya tidak bisa membeli obat di rumah sakit atau puskesmas karena makan saja kami sulit,” pungkasnya. (Mad Sutisna)