Film ini menceritakan seorang anak desa yang tinggal di pinggiran Danau Toba bercita-cita ingin menjadi seorang Polisi. Namun, mendapatkan tantangan dari kedua orang tuanya yang saling berlawanan dalam mengambil keputusan untuk menggapai cita-citanya.
Divhumas Polri menayangkan film layar lebar yang disutradarai anak bangsa Ponty Gea, yangmana menceritakan tentang seorang pemuda dari Sumatra Utara yang bercita-cita menjadi seorang Polisi ini bukan diperankan oleh artis papan atas Indonesia, melainkan oleh prawira sungguhan.
"Ya, Insyaallah tangal 28 November 2019 ini, akan tayang secara serentak diseluruh Bioskop di Indonesia. Mohon doa dan dukungannya ya, sahabat Humas Polri, khususnya sahabat Bidhumas Polda Banten, yuk kita ramaikan kembali Bioskop kesayangannya," terang Kabidhumas Polda Banten Kombes Pol Edy Sumardi P SIK MH, Rabu (20/11/2019).
Edy menjelaskan, hampir seluruh karakter dalam cerita diperankan oleh personil kepolisian yang bertugas di Polda Sumut, Polda Jateng, Akademi Kepolisian dan Mabes Polri.
Selain bertabur ‘Bintang’, film ini juga diramaikan oleh tokoh politik dan pemerintahan Indonesia seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang berperan sebagai pengajar berpangkat Kombes di Akpol Semarang, Menko Maritim Luhut Panjaitan, Mendagri Tito Karnavian, Menkumham Yasona Laoly, As SDM Polri Irjen Pol Eko Indra Heri, serta Pangdam I/BB.
"Film Sang Prawira, dimana sepasang suami istri ribut tentang perkara tujuan hidup anak mereka yang akan menamatkan sekolah menengah atas (SMA). Namun, kedua orang tua berbeda pendapat dalam merancang masa depan anaknya. Sang ibu, ingin menuruti kemauan anaknya jadi polisi sementara si bapak lebih condong anaknya bekerja di luar negeri agar dapat menolong keuangan keluarga yang selama ini tergolong miskin,"imbuh Kabid Humas kembali.
Film yang terinspirasi dari pejabat utama Polda Sumut yang kemudian diperkaya oleh Kapolda Sumut, Irjen Pol Drs Agus Andrianto, yang menceritakan sosok seorang Polisi yang berani dan tangguh. Selain itu Sang Prawira menyelipkan pesan moral pedagogis (strategi pembelajaran) kepada masyarakat.
Dengan mengambil setting lokasi hampir di 130 titik dan tersebar di beberapa daerah seperti Karo, Simalungun, Tobasa, Humbahas, Asahan, Tanjung Balai, Sibolga, Nias, Medan, Semarang (AKPOL) dan Jakarta (Mabes Polri), tentunya film ini amat kaya dengan unsur kedaerahan Indonesia. (rls/Bidhum)