Samsul (42) yang merupakan menantu dari Ibu Sanah menceritakan, warga yang mengetahui akan diberi kompensasi berupa uang setiap bulannya dari pemerintah, namun pada kenyataannya tak mendapatkannya hingga kini.
“Kalau asap sudah datang, mertua saya tidak mau keluar rumah, karena sesak nafasnya sudah parah, dan pihak dari Dinas Kesehatan bisa dihitung datang kesini untuk memberikan pengobatan,” katanya, Kamis (1/11/2018).
Ia pun menjelaskan mengenai pemasukan warga yang kesehariannya bekerja sebagai pemulung memang sangat membantu perekonomiannya.
Namun untuk ia sekeluarga, adanya TPA tersebut tidak membantu perekonomiaanya, yang ada setiap hari asap dari hasil pembakaran sampah selalu ia rasakan dan jelas itu sangat menggangu.
“Saya hanya ingin adanya bantuan kesehatan yang benar-benar mengobati pernafasan mertua saya dan warga yang lain sampai sehat,” harapnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan, Syaifullah mengatakan, mengenai keluhan warga akan asap dari pembakaran sampah tersebut, ia katakan bahwa itu bukan dibakar, namun sampah tersebut terbakar dengan sendirinya dikarenakan faktor panasnya cuaca.
“Untuk perihal asap dari pembakaran sampah kita juga sudah antisipasi, kita sudah siapkan 10 alat semprot untuk memadamkan api beserta asapnya, tak hanya itu, kita juga menyiapkan Damkar untuk mengantisipasi hal-hal yang lain,” terang Syaifullah.
Ia juga sangat menyayangkan adanya isu warga yang meminta ditutupnya TPA Jatiwaringin tersebut.
"Jika TPA itu ditutup bisa ancur kita, pasalnya, TPA itu pun sudah banyak menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga setempat,” sesalnya.