Asmi mengatakan, tinggal di gubuk reyot bersama lima orang anaknya. Dengan raut wajah yang sedih dan meneteskan air mata, Asmi mengaku, dia tidak memiliki uang untuk memperbaiki rumahnya. Karena pekerjaan Asmi hanya serabutan yang pendapatannya tidak menentu setiap hari. Terkadang dalam sehari Asmi tidak mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-harinya. Janda tua ini harus berjuang mencari rezeki karena suaminya telah meninggal dunia.
“Kalau sedang merenung dan melihat anak yang lagi tidur saya merasa sedih. Mereka tidur dengan alas seadanya saja. Ditambah kondisi rumah yang terlihat amburadul, dinding bilik yang sudah ditambal menggunakan terpal. Keinginan untuk perbaiki rumah tentu saja ada, cuma kan tidak punya uang. Kerjaannya aja begini, kadang ada kadang tidak. Bahkan kadang tidak dapat uang. Jadi terpaksa harus menghutang ke warung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ucapnya.
Lanjut Asmi, saat ini dia sudah pasrah dengan apa yang dialaminya. Namun Asmi berharap, dia mendapat bantuan bedah rumah dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang, agar tempat tinggal miliknya bisa lebih layak untuk ditinggali.
“Saya haya bisa berdoa saja, semoga ada yang membantu. Harapannya semoga kayak orang-orang yang dapat bantuan bedah rumah, biar ini rumah bisa lebih layak lagi untuk ditempati,” ucapnya.
Sementara itu, Wardi salah satu warga Kampung Impres RT 20/ RW 05, Desa Pangerangan mengatakan, kondisi rumah Asmi memang menghawatirkan. Bahkan kata dia, kondisinya sudah nyaris roboh. Apalagi jika dibiarkan, bisa membahayakan penghuni rumah karena bangunannya bisa menimpa keluarga Asmi yang sedang berada di dalam.
“Kondisinya memang sudah reyot, khawatir jika ada angin kencang bisa roboh. Semoga pihak pemerintah bisa memberikan bantuan bedah rumah kepadanya,” pungkasnya. (Mad Sutisna)