Akibatnya, Wawan dan Romi sempat koma selama dua hari karena menderita luka berat. Guna mempertangung jawabkan perbuatannya, Wili (21), salah satu pelaku ditangkap dan lima orang lainnya masih dalam pengejaran anggota Polsek Cisoka.
Kapolsek Cisoka AKP Akbar Baskoro mengungkapkan, pengeroyokan terhadap Wawan dan Romi yang terjadi pada Senin (23/12) lalu, disebabkan persoalan sepele. Awalnya kata dia, hanya karena Wawan dan Romi yang sedang mengendarai motor, lalu menarik gas terlalu besar sehingga mengeluarkan suara knalpot yang keras. Hal itu membuat Wili dan kelima temannya kesal sehingga melakukan tindak kekerasan terhadap Wawan dan Romi.
“Persoalan sepele yang tidak disengaja, yaitu geber motor saja sehingga terjadi perkelahian dan pengeroyokan,” kata Akbar kepada Wartawan, Kamis (2/1/2020).
Lanjut Akbar, Wili berhasil ditang-kap di rumahnya di Serang pada Kamis (26/12) lalu. Setelah diinterogasi, pelaku mengakui telah melakukan pengeroyokan terhadap Wawan dan Romi bersama dengan kelima
temannya yang saat ini masih buron.
“Pelaku mengaku melakukan aksinya bersama dengan kelima temannya, yaitu Boim (22), Arip (20), Duoh (21), Oki (21) dan Jendol (22). Kami akan terus melakukan pengejaran terhadap para pelakup pengeroyokantersebut,” jelasnya.
Menurut Akbar, korban sempat mengalami koma selama dua hari.
Namun saat ini korban yang bernama Wawan dan Romi, sudah siuman serta bisa diajak bicara. Pihaknya menegaskan, pelaku akan dijerat dengan Pasal 170 KUHP, karena diduga melakukan pengeroyokan dan terancam 5 tahun kurungan penjara.
“Korban sempat mengalami koma, karena mengalami luka yang cukup parah. Namun saat ini sudah siuman dan bisa diajak bicara,” katanya.
Akbar menambahkan, pelaku pengeroyokan selalu didominasi oleh kaum milenial atau pemuda-pemudi. Pasalnya, emosi para kaum milenial masih sangat labil, sehingga salah sedikit bisa berujung perkelahian. Bahkan tidak jarang berujung kematian seperti halnya tawuran antar sekolah. Maka dari itu, dia mengimbau kepada masyarakat,
khususnya para pemuda-pemudi agar tidak cepat tersulut amarah.
“Sebenarnya setiap perkelahian selalu diawali dengan persoalan yang sangat sepele. Hanya saja tingkat emosional para pemuda-pemudi kurang terkontrol. Maka
saya mengimbau agar para pemuda-pemudi menjaga emosionalnya, dan para orang tua untuk mengontorl anak-anaknya,” pungkasnya. (Mad Sutisna)