Meninggalnya Rosidi akibat sesak napas berdekatan waktunya dengan peristiwa keracunan sesak napas massal yang dialami belasan santri SMPI IT Ponpes Nurul Hikmat, Kampung Bugel, Desa Pangadegan, Kecamatan Pasar Kemis. Rumah Rosidi tidak jauh dari pesantren itu.
Meski demikian Umayah mengaku tidak bisa memastikan penyebab sesak napas yang berujung kematian yang menimpa suaminya. Ia bercerita, kondisi suaminya cukup bugar usai bekerja sebagai penjaga Pertamini tak jauh dari kediaman. Namun pada dini hari, tiba-tiba sang suami sesak napas lalu selang sekitar setengah jam meninggal dunia.
Umayah sempat memberikan pertolongan yakni dengan memberi pijatan dan kerokan pada suaminya. Namun nyawa Rosidi tak tertolong.
“Tiba-tiba napasnya sesak, udah dipijat, udah dikerok, 30 menit berlalu, ditambah sulitnya meminta pertolongan akhirnya meninggal,” jelasnya.
Umayah menjelaskan, suaminya sempat muntah-muntah. Ia juga melihat muntahan suaminya mengandung busa yang keluar bersamaan dengan muntahan lain. Namun demikian, Umayah menyebut saat itu tidak tercium aroma atau bau apa pun.
“Memang sering mencium bau tak sedap, tapi saat almarhum mulai terasa sesak, saya tidak mencium bau apa pun,” ujarnya.
Umayah juga memastikan suaminya tidak memiliki riwayat penyakit sesak napas. Usai suaminya dimakamkan, kata Umayah, sempat 2 anggota polisi datang ke rumahnya. Dua polisi itu, meminta identitas suaminya.
“Saya tidak tahu buat apa, saya kasih saja,” tukasnya.
Di lingkungan itu, angka penderita penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) terhitung tinggi. Dari 3 klinik yakni klinik Bidan Suhanah, Bidan Reni, dan Bidan Irma, diperoleh data bahwa angka pengidap ISPA mayoritas penderita adalah anak usia di bawah 5 tahun.
“Penderita ISPA mayoritas anak berusia di bawah lima tahun yang berdomisili di Kampung Bugel,” demikian kata bidan Suhanah kepada kami.
Angka anak yang menderita ISPA di 3 klinik itu pada bulan Juli 2019 sebanyak 99 anak. Angka itu meningkat pada bulan Agustus 2019 yakni mencapai 153 anak.
Angka penderita ISPA dari 3 klinik itu ternyata relevan dengan data anak yang menderita ISPA di Puskesmas Pasar Kemis. Kepala Puskesmas Pasar Kemis dr. Salwah mengatakan, dari 10 penyakit besar, penderita penyakit ISPA meduduki urutan kedua setelah penyakit hipertensi.
“Terhitung di Bulan Juli 2019 tercatat penderita ISPA sebanyak 129 pasien dan bulan Agustus 2019 terdapat 211 pasien,” katanya.
Peristiwa sesak napas di lingkungan itu membuat DPRD Kabupaten Tangerang meminta Pemkab Tangerang turun tangan. Ketua Sementara DPRD Kabupaten Tangerang Akamludin Nugraha meminta agar Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Tangerang memeriksa pabrik di sekitar Ponpes. Tak hanya DLHK, Akmal juga meminta Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang turun tangan.
“Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk mengecek seluruh bagian dari pabrik tersebut. Pemeriksaan boleh-boleh saja, demi kepentingan masyarakat,” kata Akmaludin Nugraha, politikus PDI Perjuangan yang saat ini menjadi pimpinan sementara DPRD Kabupaten Tangerang, Rabu (4/9/2019).
Akmal mengatakan, tujuan pemeriksaan pabrik adalah untuk mengetahui apakah limbahnya berbahaya atau tidak. Dan seperti apa penanganan limbahnya.
“Pemerintah daerah harus mengetahui,” tegasnya. (Mad Sutisna)