Kawasan wisata bahari di wilayah Kabupaten Lebak, Banten, menyambut tahun baru 2020, kurang pengunjung dan nyaris tidak ada panggung hiburan. Namun begitu, daerah wisata di wilayah Banten Selatan ini, seperti; Pantai Sawarna, Pantai Pulau Manuk, Pantai Pasput (Pasir Putih), Pantai Bagedur, dan Pantai Kelapa Warna di Desa Panyaungan, Kecamatan Cihara, nampak cukup ramai dengan wisatawan domestik.
Wartawan Lensa Fokus, Ikhwan Dimas Permana, yang melakukan pemantauan di sejumlah titik destinasi wisata di wilayah Kabupaten Lebak, Selasa (31/12) dari sejak siang hingga menjelang detik pergantian tahun malam hari ini, menyaksikan wisatawan domestik berdatangan dari sekitar daerah Banten dan jakarta.
Di Pantai wisata Kelapa Warna, Kecamatan Cihara, misalnya, terdapat panggung hiburan dengan menampilkan parade band ”End Of Years Festival” yang diikuti grup band dari kota Rangkasbitung, Sukabumi, Pandeglang dan Tangerang. Acara hiburan ini pun berlangsung sejak siang dan berakhir sekitar pukul 22.00 WIB.
Koharudin selaku ketua pelaksana, berharap acara ini sebagai ajang silaturahim para musisi di Banten Selatan. Kolaborasi hiburan dibalut dengan suasana pantai yang indah akan memberikan nuansa tersendiri.
”Lumayan juga ada hiburan, sambil menikmati suasana senja di pantai.” kata Johan (35) wisatawan asal Sukabumi. Ia sengaja datang bersama keluarga, karena penasaran ingin tahu pantai Kelapa Warna, yang mulai viral di media sosial. Selebihnya para pengunjung, asyik menikmati deburnya ombak pantai Selatan sambil memainkan gadget android dan menunggu hidangan pesta bakar ikan laut. Panyauangan merupakan salah satu Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kabupaten Lebak, sehingga para wisatawan bisa memilih ikan segar.
Pengelola Wisata Kelapa Warna, Anggun P, menjelaskan, pihaknya tidak mengadakan hiburan yang begitu meriah. Di samping mengikuti himbauan dari Pemerintah Kabupaten Lebak, untuk tidak mengadakan kegiatan perayaan yang berlebihan, wisata bahari Kelapa warna, hingga saat ini masih dalam tahap penaataan.
Menurut Anggun, kawasan wisata Kelapa Warna, dikelola secara efektif sejak tujuh bulan lalu. Awalnya pantai ini tidak terurus. Masyarakat sekitar menggunakan sebagai lahan untuk kandang kambing. Kemudian, muncul ide kenapa tidak dikelola saja dan dijadikan obyek wisata sehingga bisa menghasilkan pendapatan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Ide itu pun kemudian disampaikan kepada Kades Panyaungan, Muhamad Rosyad. Bak sebuah pribahasa, gayung bersambut kata berjawab, Kades Rosyad menyetujui dan mendukung pantai ini dikembangkan menjadi destinasi di Desa Panyaungan. Kandang Kambing dipindahkan, dan dilakukan penataan.
Dengan memanfaatkan potensi alam, seperti pepohonan kelapa yang tumbuh subur, kemudian di cat aneka warna dan masyarakat sekitar bergotong royong membangun gajebo, warung yang menyediakan aneka makanan, maka jadilah kawasan ini menjadi destinasi wisata dengan nama Kelapa Warna, jelas Anggun yang sehari-hari bekerja sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas Binuangeun ini.
Kepala Desa Panyaungan, Rosyad, mengatakan, pihaknya akan terus menata kawasan wisata ini, sehingga menjadi sebuah destinasi wisata yang menyenangkan bagi wisatawan. Hanya persoalannya, masih terbentur terbatasnya fasilitas dan akses jalan menuju pantai dari jalan raya Malingping-Bayah.
Persoalan lain adalah menangani sampah bekas makanan dari pengunjung. Sekalipun sudah disediakan bak sampah, namun pengunjung masih saja membuang sampah sembarangan. Sampah ini merupakan persoalan tersendiri karena kami belum memiliki TPA. Sampah di angkut ke TPA Sukahujan dengan kendaraan motor bantuan dari Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta.
Menurut Rosyad, kami sangat mengharapkan kepada Pemerintah Kabupaten Lebak, terutama Dinas Pariwisata Lebak, untuk bisa urun rembug mengelola potensi wisata ini, sehingga Kelapa Warna bisa turut andil dalam mensukseskan visi Kabupaten Lebak Menjadikan Destinasi Wisata Nasional, kata Rosyad.— (em)
Malingping, Lensa Fokus, Menyambut tahun baru 2020, warga Kecamatan Malingping, menggelar istigosah. Para pemuka agama, tokoh masyarakat dan santri dari berbagai pondok pesantren berkumpul di alun-alun Malingping, Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Selasa malam (31/12).
Camat Malingping, Drs. Cece Syahroni, bersama Dan Ramil Malingping, Kapten Inf. Supriatna dan Kapolsek Malingping, Kompol, H. Budi Warsa, hadir bersama ribuan jamaah. Para jamaah nampak khusyu, melantunkan kalimat takbir dan tahmid, serta kalimat Hasbunallah Wani’mal wakil, ni’mal maula wani’mannasyir, yang dipimpin KH. Naim, dari Lebak Jaha. Istigoshah yang dimulai sejak pukul 20.00 WIB berakhir pada pukul 23.00 WB. Sementara yang memimpin doa, KH. Arhadi, pemimpin Ponpes di Desa Gemrong.
Menyambut malam tahun baru di wilayah Malingping, Banten Selatan, kali ini, berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun lalu, ramai dengan suara mercon, pesta kembang api dan pawai kendaraan bermotor. Namun, di tahun ini, ribuan masyarakat Banten Selatan, duduk bersimpuh di lantai, di halaman Masjid Baiturrahim, di alun-alun Malingping, berdzikir seraya memohon ampunan dan rahmat dari Allah SWT untuk diberikan kemudahan dan kesuksesan dalam berbagai perjalanan kehidupan di tahun 2020.
Camat Malingping, Cece Syahroni, usai Istigoshah mengatakan, sesuai dengan surat edaran Bupati Lebak, Hj, Iti Oktavia Jayabaya, SE, di malam pergantian tahun ini tidak melakukan hura-hura, tidak melakukan pawai kendaraan bermotor dan tidak menyalakan petasan atau pesta kembang api. Malam pergantian tahun baru, di isi dengan kegiatan keagamaan dan kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
”Alhamdulillah, para tokoh agama, pemuka masyarakat dan warga serta para santri berkumpul di alun- alun Malingping, melakukan istigoshah. Semoga dengan kegiatan ini, pada tahun 2020 wilayah Malingping, Kabupaten Lebak, menjadi lebih maju, mandiri dan masyarakatnya sejahtera.”, kata Cece Syahroni.
Menurut Camat Cece, sekalipun tidak ada panggung hiburan dan keramaian terutama di sekitar kawasan wisata pantai, seluruh perangkat daerah (ASN) di wilayah Malingping, bersama TNI/POLRI dan Pol PP tetap melaksanakan pengamanan malam pergantian tahun baru. —( dimas/em)